Sabtu, 18 Februari 2012

Resume Mata Kuliah TIK (Ivanne Hilda. S. Simanjuntak)


RESUME MATA KULIAH TIK
Dosen Pengampu
Dr. Robinson Situmorang
Nama             : Ivanne Hilda Sionita Simanjuntak
No Registrasi: 7316110152

1. Sejarah TIK
Perkembangan zaman menyebabkan perubahan peradaban manusia. Ilmu pengetahuan pun berkembang dan berubah bertambah luas. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan semakin berkembang pula tuntutan bagi manusia untuk senantiasa mengikuti dan menginovasi diri. Ilmu pengetahuan tidaklah berjalan sendiri, tetapi berdampingan dengan bidang yang akan semakin melengkapi kemajuannya, yakni teknologi. Bidang teknologi pun berkembang. Terminologi dalam lingkup teknologi pun semakin terintegrasi dengan fungsi dalam penerapannya. Muncullah istilah TIK ( Teknologi Informasi dan Komunikasi).
 Ada beberapa tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata memberi sumbangan terhadap perkembangan TIK hingga saat ini. Pertama yaitu temuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian berkembang menjadi pengadaan jaringan komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel komunikasi transatlantik. Jaringan telepon ini merupakan infrastruktur masif pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global.
Memasuki abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terwujud sebuah transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama. Komunikasi suara tanpa kabel ini pun segera berkembang pesat. Kemudian diikuti pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an. Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943. Lalu diikuti oleh tahapan miniaturisasi komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947 dan rangkaian terpadu (integrated electronics) pada tahun 1957. Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakan cikal bakal TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era Perang Dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur (dulu Uni Soviet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya miniaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa maupun mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan rangkaian terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang menjadi ‘otak’ perangkat keras komputer dan terus berevolusi sampai saat ini.
Perangkat telekomunikasi berkembang pesat saat teknologi digital mulai digunakan menggantikan teknologi analog. Teknologi analog mulai terasa menampakkan batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang sejak awal merupakan perangkat yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi dan komputasi ini kandungan isi (content) berupa multimedia mendapatkan tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke-21, sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti ‘otot’ manusia, maka revolusi digital (karena konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia terjadi melalui implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau setidaknya meningkatkan kemampuan) ‘otak’ manusia.

2. Pemanfaatan TIK dalam Pendidikan
Sejarah pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya dalam pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan perangkat keras TIK, khususnya komputer. Teemu Leinonen (2005) dalam Nurdin (2007) membagi perkembangan tersebut ke dalam lima fase. Adapun kelima fase tersebut antara lain ;

Fase pertama (akhir 1970-an – awal 1980-an) adalah fase programming, drill and practice. Fase ini ditandai dengan penggunaan perangkat lunak komputer yang menyajikan latihan-latihan praktis dan singkat, khususnya untuk mata pelajaran matematika dan bahasa. Latihan-latihan ini hanya dapat menstimulasi memori jangka pendek.
Fase kedua (akhir 1980-an – awal 1990-an) adalah fase computer based training (CBT) with multimedia (latihan berbasis komputer dengan multimedia). Fase ini adalah era keemasan CD-ROM dan komputer multimedia. Penggunaan CD-ROM dan komputer multimedia ini diharapkan memberikan dampak signifikan terhadap proses pembelajaran, karena kemampuannya menyajikan kombinasi teks, gambar, animasi, dan video. Konsep pedagogis yang mendasari kombinasi kemampuan ini adalah bahwa manusia memiliki perbedaan. Sebagian bisa belajar dengan baik apabila mempergunakan indra penglihatan, seperti menonton film/animasi, sebagian lainnya mungkin lebih baik apabila mendengarkan atau membaca.
Fase ketiga (awal 1990-an) adalah fase Internet-based training (IBT) (latihan berbasis internet. Pada fase ini, internet digunakan sebagai media pembelajaran. Hanya saja, pada saat itu, masih terbatas pada penyajian teks dan gambar. Penggunaan animasi, video dan audio masih sebatas ujicoba, sehingga dirasakan pemanfaatannya belum maksimal untuk dapat menfasilitasi pembelajaran.
Fase keempat (akhir 1990-an – awal 2000-an) adalah fase e-learning yang merupakan fase kematangan pembelajaran berbasis internet. Sejak itu situs web yang menawarkan e-learning semakin bertambah, baik berupa tawaran kursus dalam bentuk e-learning maupun paket LMS (learning management system). Bahkan saat ini sudah cukup banyak paket seperti itu ditawarkan secara gratis dalam bentuk open source. Konsep pedagogik yang mendasari adalah bahwa pembelajaran membutuhkan interaksi sosial antara siswa dan siswa dan antara siswa dan guru. Dengan perangkat lunak LMS, siswa dapat bertanya kepada temannya atau kepada guru apabila dia tidak memahami materi yang telah dibacanya.
Fase kelima (akhir 2000) adalah fase social software + free and open content. Fase ini ditandai dengan banyak bermunculannya perangkat lunak pembelajaran dan konten pembelajaran gratis yang mudah diakses baik oleh guru maupun siswa, yang selanjutnya dapat diedit dan dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan. Konsep pedagogik yang mendasari fase ini adalah teori konstruktivis sosial. Dalam konteks ini, pembelajaran melalui komputer terjadi tidak hanya menerima materi dari internet saja misalnya, tapi dimungkinkan dengan membagi gagasan dan pendapat..

3. Penerapan TIK dalam Pendidikan di Indonesia
Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan telematics sebagai telecommunication + informatics (telekomunikasi + informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e-, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.
Pemanfaatan TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara. Hal ini adalah wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya feedback yang seketika. Siaran bersifat searah, yaitu dari narasumber atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan gambar bergerak) memberikan peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih jika materi tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed).
Pembelajaran berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video conference yang dijalankan dengan menggunakan teknologi Internet memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer. Selain aplikasi unggulan seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.


  4. TIK sebagai Media Pembelajaran
Media pembelajaran menjadi saranakomunikasi antara penyampai pesan dalam hal ini guru yang memberikan materi,dan penerima pesan yaitu peserta didik. Sebagai media pembelajaran TIKbertujuan agar pesan pembelajaran dapat disampaikan dengan mudah dan dimengertioleh peserta didik. Berdasarkan penelitian media pembelajaran berbasis TIK menghasilkanbeberapa kemajuan dalam pemahaman peserta didik terhadap materi pembelajaran,sehingga tujuan pembelajaran dapat tecapai. Dayer (1978) menyatakan bahawapembelajaran secara verbal dalam waktu 3 jam hasilnya hanya 70 % dan setelah 3 hari informasi hanya bertahan 10 %.Pembelajaran secara visual dalam waktu 3 jam hasilnya 72 % dan setelah 3 hariinformasi hanya bertahan 20 %. Sedangkan pembelajaran secara verbal dan visualdalam waktu 3 jam hasilnya 82 % dan setalah 3 hari informasi bertahan 65%. Alasanlain menggunakan TIK sebagai media pembelajaran yaitu, dengan TIK dapatmenyederhanakan pesan, mengurangi verbalis, menyamakan persepsi, menarikperhatian ke topic yang dibicarakan, dan menghemat waktu.
Media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu by utilization, dan by design. Byutilization meliputi benda sebenarnya, nara sumber, fenomena alam, danlain-lain, sedangkan by design meliputi, grafis, modul, model, paketter program, gambar dan foto, program audio, program video, dan computer interaktif. Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran, yaitu ketepatan media dengan tujuan, prinsip media dengan sasaran, dan kemudahan dalam pengadaan.Kriteria media pembelajarn harus meliputi 4K, yaitu kesederhanaan, keutuhan,keseimbangan, dan ketegasan.
Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan media pembelajaran adalah sebagai berikut
1.      Menyenangkan.
2.      Lingkungan yang kondusif.
3.      Pembelajaran harus bermakna.
4.      Pembelajaran harus bersifat Kontekstual.
5.      Pembelajaran dilaksanakan secara sistematis.
6.      Mempertimbangakn faktor mental peserta didik (bakat dan minat).
7.      Berorientasi
8.      Penggunaan media dan model pembelajaran yang sesuai.
9.      Pembelajaran dilaksanakan dari yang mudah menuju ke yang sulit, dari yang sederhana menuju ke yang kompleks.
10.  Adanya laporan tentang perkembangan hasil belajar  peserta didik secara lengkap.
11.  Perlakuan yang adil sesuai dengan kebutuhan bagi setiap peserta didik.
12.  Belajar disesuiaan dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.


 5. Distance Learning
Distance learning adalah pembelajaran jarak jauh dengan berbasis teknologi komputer. Computer based learning ini meliputi, online learning yang berbasis pembelajaran melalui web, e-learning yang berbasis teknologi dalampembelajaran. Distance learningmencakup semua bagian dari pembelajaran berbasis komputer.
Keberhasilan pendidikan jarak jauh ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara siswa dengan siswa lainnya, adanya pola pendidikan aktif dalam interaksi tersebut. Bila pendidikan berbasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antar grup, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online.
Konsep pembelajaran jarak jauh yang lebih dikenal dengan Distance Learning menggunakan layanan World Wide Web (www) dapat digunakan untuk mendistribusikan informasi yang berkaitan denganpembelajaran bahasa. Sistem ini juga membentuk sebuah komunitas dimana terjadiproses transfer dan berbagi pengetahuan baik dalam satu komunitas maupun antarkomunitas sehingga akan mempercepat terbentuknya sebuah masyarakat yang belajar(Learning Society).
Bila pendidikan berbasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa, interaksi antar grup, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian, perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pendidikan yang selama ini berlaku.
Penerapan distance learning merupakan sistem yang mengintegrasikankeseluruhan komponen pembelajaran,dari teks, e-learning, bahan ajar, dan modul elektronik. Terdapat kendala-kendala dalam penggunaan distance learning, yaitu kesulitan dalam pengembangan program, infrastruktur yang belum memadai, SDM yang terbatas (pengelola), masih ada guru yang gagap teknologi, kebudayaanbelajar yang sulit berubah, luasnya wilayah jangkauan dan belum meratanya kualitas penerimaan pesan.
Pembelajaran distance learning memiliki keunggulan-keunggulan di samping kekurangannya, yaitu:
a. Menghemat waktu
Teknologi yangmenggunakan sistem distance learningini akan lebih menghemat 40-60% biaya pendidikan pada sistem kelas tradisional.Sistem ini akan mengurangi biaya-biaya utama yang harus dikeluarkan baik pesertadidik, dosen, dan kampus.

b. Memperbaiki Sistem Pengajaran bahasa
Meskipun sebuahsistem baru, implementasi distancelearning ini dalam proses pengajaran bahasa sangat banyak, diantaranyamemperbanyak aktivitas peserta didik (menjadikan pembelajaran berpusat padapeserta didik), memperluas dalam perolehan sumber data dan sumber pengetahuan(knowledge resource),
c. Lebih nyaman
Dari berbagai penelitian dipeoleh data bahwa sekitar 81% siswa merasa lebih nyamanmenggunakan sistem pembelajran jarak jauh ini. Mereka lebih memiliki keberanian untuk bertanya kepada instruktur danmendapatkan jawaban dari permasalahan mereka sesuai kebutuhan mereka.
d. Kemudahan Pengajar dalam penyampaian materi
Seorang instruktur akan lebih mudah mengajar karena dia dapat memberikan materi kuliahdari mana saja dengan sebuah koneksi internet. Dengan demikian akan megurangibiaya transportasi seorang instruktur dan menghemat waktu.
e. Materi kuliah yang lebih dinamis
Seorang instruktur dapa menambah mata kuliah kapan pun dengan cepat. Dia dapatmengirimkan materi dari rumah ketika dia tadi lupa memberikan kuliah ataupunketika dia mempunyai sebuah inspirasi baru tentang materi kuliah. Dengandemikian maka informasi materi kuliah dapat up to date.



    6. E-Learning
Beragam definisi dapat ditemukan untuk e-learning. Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Untuk pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan internet sering disebut sebagai online learning. Definisi yang lebih luas dikemukakan pada working paper SEAMOLEC, yakni e-learning adalah pembelajaran melalui jasa elektronik. Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui bahwa e-learning adalah pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan distribusi informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning.
Meskipun radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning dalam bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki. Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum diskusi. Fasilitas e-learning yang lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak pengelola pembelajaran atau LMS (learning management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet.
Fasilitas yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat (administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’ pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh e-mail, kanal chatting, atau melalui video conference.
E-Learning adalah pembelajaran jarak jauh (distance Learning)yang memanfaatkan teknologi komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-Learningmemungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat merekamasing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan dikelas. E-Learning sering pula dipahami sebagai suatu bentukpembelajaran berbasis web yang bisa diakses dari intranet di jaringan lokalatau internet. Sebenarnya materi e-Learning tidak harusdidistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal maupuninternet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD puntermasuk pola e-Learning.
Sementara itu Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam merancang pembelajaran berbasis e-learning, yaitu:
1. Sederhana, sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didikdalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panelyang disediakan, waktu belajar peserta akan lebih efisien.
2. Personal,pengajar / dosen dapat berinteraksi dengan baik dengan mahasiswanya, seperti layaknya berkomunikasi di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuanya, serta dibantu segala persoalan yangdihadapi.
3. Cepat, layanan yang ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik,sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajaratau pengelola.
Teknologi informasi dan telekomunikasi dengan murah & mudah akan menghilangkan batasan-batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan. Selain itu, beberapa manfaat yang bisa dinikmati dari proses pembelajaran dengan e-learning, yaitu fleksibel, independent learning, hemat biaya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar