RESUME
MATA KULIAH TIK
Dosen
Pengampu
Dr. Robinson
Situmorang
Nama : Ivanne Hilda Sionita Simanjuntak
No Registrasi: 7316110152
1.
Sejarah TIK
Perkembangan zaman
menyebabkan perubahan peradaban manusia. Ilmu pengetahuan pun berkembang dan
berubah bertambah luas. Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan semakin
berkembang pula tuntutan bagi manusia untuk senantiasa mengikuti dan
menginovasi diri. Ilmu pengetahuan tidaklah berjalan sendiri, tetapi
berdampingan dengan bidang yang akan semakin melengkapi kemajuannya, yakni
teknologi. Bidang teknologi pun berkembang. Terminologi dalam lingkup teknologi
pun semakin terintegrasi dengan fungsi dalam penerapannya. Muncullah istilah
TIK ( Teknologi Informasi dan Komunikasi).
Ada beberapa tonggak perkembangan teknologi
yang secara nyata memberi sumbangan terhadap perkembangan TIK hingga saat ini.
Pertama yaitu temuan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1875. Temuan
ini kemudian berkembang menjadi pengadaan jaringan komunikasi dengan kabel yang
meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti pemasangan kabel
komunikasi transatlantik. Jaringan telepon ini merupakan infrastruktur masif
pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global.
Memasuki
abad ke-20, tepatnya antara tahun 1910-1920, terwujud sebuah transmisi suara
tanpa kabel melalui siaran radio AM yang pertama. Komunikasi suara tanpa kabel
ini pun segera berkembang pesat. Kemudian diikuti pula oleh transmisi
audio-visual tanpa kabel yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an.
Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943. Lalu diikuti oleh
tahapan miniaturisasi komponen elektronik melalui penemuan transistor pada
tahun 1947 dan rangkaian terpadu (integrated
electronics) pada tahun 1957. Perkembangan teknologi elektronika, yang
merupakan cikal bakal TIK saat ini, mendapatkan momen emasnya pada era Perang
Dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat (Amerika Serikat) dan blok Timur
(dulu Uni Soviet) justru memacu perkembangan teknologi elektronika lewat upaya
miniaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang angkasa
maupun mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui
penciptaan rangkaian terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor.
Mikroprosesor inilah yang menjadi ‘otak’ perangkat keras komputer dan terus
berevolusi sampai saat ini.
Perangkat
telekomunikasi berkembang pesat saat teknologi digital mulai digunakan
menggantikan teknologi analog. Teknologi analog mulai terasa menampakkan
batas-batas maksimal pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi
kemudian berkonvergensi dengan perangkat komputer yang sejak awal merupakan perangkat
yang mengadopsi teknologi digital. Produk hasil konvergensi inilah yang saat
ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas infrastruktur telekomunikasi
dan komputasi ini kandungan isi (content)
berupa multimedia mendapatkan tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi
telekomunikasi - komputasi multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke-21,
sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi industri. Bila revolusi industri
menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti ‘otot’ manusia, maka revolusi digital
(karena konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia terjadi melalui
implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau
setidaknya meningkatkan kemampuan) ‘otak’ manusia.
2. Pemanfaatan TIK dalam Pendidikan
Sejarah pemanfaatan TIK dalam pendidikan, khususnya dalam
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan perangkat keras TIK,
khususnya komputer. Teemu
Leinonen (2005) dalam Nurdin (2007) membagi perkembangan tersebut ke dalam lima
fase. Adapun kelima fase tersebut antara lain ;
Fase
pertama (akhir
1970-an – awal 1980-an) adalah fase programming, drill and practice.
Fase ini ditandai dengan penggunaan perangkat lunak komputer yang menyajikan
latihan-latihan praktis dan singkat, khususnya untuk mata pelajaran matematika
dan bahasa. Latihan-latihan ini hanya dapat menstimulasi memori jangka pendek.
Fase
kedua (akhir
1980-an – awal 1990-an) adalah fase computer based training (CBT) with
multimedia (latihan berbasis komputer dengan multimedia). Fase ini
adalah era keemasan CD-ROM dan komputer multimedia. Penggunaan CD-ROM dan
komputer multimedia ini diharapkan memberikan dampak signifikan terhadap proses
pembelajaran, karena kemampuannya menyajikan kombinasi teks, gambar, animasi,
dan video. Konsep pedagogis yang mendasari kombinasi kemampuan ini adalah bahwa
manusia memiliki perbedaan. Sebagian bisa belajar dengan baik apabila
mempergunakan indra penglihatan, seperti menonton film/animasi, sebagian
lainnya mungkin lebih baik apabila mendengarkan atau membaca.
Fase
ketiga (awal
1990-an) adalah fase Internet-based training (IBT) (latihan
berbasis internet. Pada fase ini, internet digunakan sebagai media
pembelajaran. Hanya saja, pada saat itu, masih terbatas pada penyajian teks dan
gambar. Penggunaan animasi, video dan audio masih sebatas ujicoba, sehingga
dirasakan pemanfaatannya belum maksimal untuk dapat menfasilitasi pembelajaran.
Fase
keempat (akhir
1990-an – awal 2000-an) adalah fase e-learning yang merupakan
fase kematangan pembelajaran berbasis internet. Sejak itu situs web yang
menawarkan e-learning semakin
bertambah, baik berupa tawaran kursus dalam bentuk e-learning maupun paket LMS (learning
management system). Bahkan saat ini sudah cukup banyak paket
seperti itu ditawarkan secara gratis dalam bentuk open source. Konsep pedagogik yang mendasari
adalah bahwa pembelajaran membutuhkan interaksi sosial antara siswa dan siswa
dan antara siswa dan guru. Dengan perangkat lunak LMS, siswa dapat bertanya
kepada temannya atau kepada guru apabila dia tidak memahami materi yang telah
dibacanya.
Fase
kelima (akhir 2000)
adalah fase social software
+ free and open content. Fase ini ditandai dengan banyak
bermunculannya perangkat lunak pembelajaran dan konten pembelajaran gratis yang
mudah diakses baik oleh guru maupun siswa, yang selanjutnya dapat diedit dan
dimanipulasi sesuai dengan kebutuhan. Konsep pedagogik yang mendasari fase ini
adalah teori konstruktivis sosial. Dalam konteks ini, pembelajaran melalui
komputer terjadi tidak hanya menerima materi dari internet saja misalnya, tapi
dimungkinkan dengan membagi gagasan dan pendapat..
3. Penerapan TIK dalam Pendidikan di
Indonesia
Indonesia
pernah menggunakan istilah telematika (telematics)
untuk arti yang kurang lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta
Dictionary mendeskripsikan telematics
sebagai telecommunication + informatics (telekomunikasi +
informatika) meskipun sebelumnya kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan
pendistribusiannya melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk
dimanfaatkan di berbagai bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya
bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan mesin-belajar, membuat simulasi
proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit dideskripsikan
sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk
melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat
difasilitasi oleh TIK. Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon
berawalan e-, mulai dari e-book, e-learning, e-laboratory,
e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e- bermakna electronics
yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital.
Pemanfaatan
TIK dalam pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang.
Inisiatif menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan
merupakan upaya melakukan penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang
tersebar di seluruh nusantara. Hal ini adalah wujud dari kesadaran untuk
mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu proses pembelajaran masyarakat.
Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan adalah tidak adanya feedback yang seketika. Siaran bersifat
searah, yaitu dari narasumber atau fasilitator kepada pembelajar. Introduksi
komputer dengan kemampuannya mengolah dan menyajikan tayangan multimedia (teks,
grafis, gambar, suara, dan gambar bergerak) memberikan peluang baru untuk
mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila
televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih jika materi
tayangannya adalah materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi
internet memberikan peluang berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed).
Pembelajaran
berbasis Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan
keunggulan utama bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu
tempat yang sama. Pemanfaatan teknologi video
conference yang dijalankan dengan menggunakan teknologi Internet
memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan
komputer. Selain aplikasi unggulan seperti itu, beberapa peluang lain yang
lebih sederhana dan lebih murah juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan
TIK saat ini.
4. TIK sebagai Media Pembelajaran
Media
pembelajaran menjadi saranakomunikasi antara penyampai pesan dalam hal ini guru
yang memberikan materi,dan penerima pesan yaitu peserta didik. Sebagai media
pembelajaran TIKbertujuan agar pesan pembelajaran dapat disampaikan dengan
mudah dan dimengertioleh peserta didik. Berdasarkan penelitian media
pembelajaran berbasis TIK menghasilkanbeberapa kemajuan dalam pemahaman peserta
didik terhadap materi pembelajaran,sehingga tujuan pembelajaran dapat tecapai.
Dayer (1978) menyatakan bahawapembelajaran secara verbal dalam waktu 3 jam
hasilnya hanya 70 % dan setelah 3 hari informasi hanya bertahan 10
%.Pembelajaran secara visual dalam waktu 3 jam hasilnya 72 % dan setelah 3
hariinformasi hanya bertahan 20 %. Sedangkan pembelajaran secara verbal dan
visualdalam waktu 3 jam hasilnya 82 % dan setalah 3 hari informasi bertahan
65%. Alasanlain menggunakan TIK sebagai media pembelajaran yaitu, dengan TIK
dapatmenyederhanakan pesan, mengurangi verbalis, menyamakan persepsi,
menarikperhatian ke topic yang dibicarakan, dan menghemat waktu.
Media
pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu by utilization,
dan by design. Byutilization meliputi benda sebenarnya, nara sumber, fenomena
alam, danlain-lain, sedangkan by design meliputi, grafis, modul, model,
paketter program, gambar dan foto, program audio, program video, dan computer interaktif.
Prinsip-prinsip pemilihan media pembelajaran, yaitu ketepatan media dengan
tujuan, prinsip media dengan sasaran, dan kemudahan dalam pengadaan.Kriteria
media pembelajarn harus meliputi 4K, yaitu kesederhanaan,
keutuhan,keseimbangan, dan ketegasan.
Adapun prinsip-prinsip dalam pengembangan media
pembelajaran adalah sebagai berikut
1.
Menyenangkan.
2.
Lingkungan
yang kondusif.
3.
Pembelajaran
harus bermakna.
4.
Pembelajaran
harus bersifat Kontekstual.
5.
Pembelajaran
dilaksanakan secara sistematis.
6.
Mempertimbangakn
faktor mental peserta didik (bakat dan minat).
7.
Berorientasi
8.
Penggunaan
media dan model pembelajaran yang sesuai.
9.
Pembelajaran
dilaksanakan dari yang mudah menuju ke yang sulit, dari yang sederhana menuju ke
yang kompleks.
10.
Adanya
laporan tentang perkembangan hasil belajar peserta didik secara lengkap.
11.
Perlakuan
yang adil sesuai dengan kebutuhan bagi setiap peserta didik.
12.
Belajar
disesuiaan dengan tingkat kebutuhan dan kemampuan setiap peserta didik.
5.
Distance Learning
Distance
learning adalah pembelajaran
jarak jauh dengan berbasis teknologi komputer. Computer based learning
ini meliputi, online learning yang berbasis pembelajaran melalui web, e-learning
yang berbasis teknologi dalampembelajaran. Distance learningmencakup
semua bagian dari pembelajaran berbasis komputer.
Keberhasilan
pendidikan jarak jauh ditunjang oleh adanya interaksi maksimal antara dosen dan
mahasiswa, antara mahasiswa dengan berbagai fasilitas pendidikan, antara siswa
dengan siswa lainnya, adanya pola pendidikan aktif dalam interaksi tersebut.
Bila pendidikan berbasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan
mahasiswa, interaksi antar grup, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi,
ujian, perpustakan digital, dan materi online.
Konsep
pembelajaran jarak jauh yang lebih dikenal dengan Distance Learning
menggunakan layanan World Wide Web (www) dapat digunakan untuk
mendistribusikan informasi yang berkaitan denganpembelajaran bahasa. Sistem ini
juga membentuk sebuah komunitas dimana terjadiproses transfer dan berbagi
pengetahuan baik dalam satu komunitas maupun antarkomunitas sehingga akan
mempercepat terbentuknya sebuah masyarakat yang belajar(Learning
Society).
Bila
pendidikan berbasis pada web, maka diperlukan adanya pusat kegiatan mahasiswa,
interaksi antar grup, administrasi penunjang sistem, pendalaman materi, ujian,
perpustakan digital, dan materi online. Dari sisi Teknologi informasi; dunia
Internet memungkinkan perombakan total konsep-konsep pendidikan yang selama ini
berlaku.
Penerapan
distance learning merupakan sistem yang mengintegrasikankeseluruhan
komponen pembelajaran,dari teks, e-learning, bahan ajar, dan modul elektronik.
Terdapat kendala-kendala dalam penggunaan distance learning, yaitu kesulitan
dalam pengembangan program, infrastruktur yang belum memadai, SDM yang terbatas
(pengelola), masih ada guru yang gagap teknologi, kebudayaanbelajar yang sulit
berubah, luasnya wilayah jangkauan dan belum meratanya kualitas penerimaan
pesan.
Pembelajaran
distance learning memiliki keunggulan-keunggulan di samping
kekurangannya, yaitu:
a. Menghemat
waktu
Teknologi
yangmenggunakan sistem distance learningini akan lebih menghemat 40-60%
biaya pendidikan pada sistem kelas tradisional.Sistem ini akan mengurangi
biaya-biaya utama yang harus dikeluarkan baik pesertadidik, dosen, dan kampus.
b. Memperbaiki
Sistem Pengajaran bahasa
Meskipun
sebuahsistem baru, implementasi distancelearning ini dalam proses
pengajaran bahasa sangat banyak, diantaranyamemperbanyak aktivitas peserta
didik (menjadikan pembelajaran berpusat padapeserta didik), memperluas dalam
perolehan sumber data dan sumber pengetahuan(knowledge resource),
c. Lebih
nyaman
Dari
berbagai penelitian dipeoleh data bahwa sekitar 81% siswa merasa lebih nyamanmenggunakan
sistem pembelajran jarak jauh ini. Mereka lebih memiliki keberanian untuk
bertanya kepada instruktur danmendapatkan jawaban dari permasalahan mereka
sesuai kebutuhan mereka.
d. Kemudahan
Pengajar dalam penyampaian materi
Seorang
instruktur akan lebih mudah mengajar karena dia dapat memberikan materi
kuliahdari mana saja dengan sebuah koneksi internet. Dengan demikian akan
megurangibiaya transportasi seorang instruktur dan menghemat waktu.
e.
Materi kuliah yang lebih dinamis
Seorang
instruktur dapa menambah mata kuliah kapan pun dengan cepat. Dia
dapatmengirimkan materi dari rumah ketika dia tadi lupa memberikan kuliah
ataupunketika dia mempunyai sebuah inspirasi baru tentang materi kuliah.
Dengandemikian maka informasi materi kuliah dapat up to date.
6. E-Learning
Beragam
definisi dapat ditemukan untuk e-learning.
Victoria L. Tinio, misalnya, menyatakan bahwa e-learning meliputi pembelajaran pada semua tingkatan, formal
maupun nonformal, yang menggunakan jaringan komputer (intranet maupun
ekstranet) untuk pengantaran bahan ajar, interaksi, dan/atau fasilitasi. Untuk
pembelajaran yang sebagian prosesnya berlangsung dengan bantuan jaringan
internet sering disebut sebagai online learning. Definisi yang lebih luas
dikemukakan pada working paper SEAMOLEC,
yakni e-learning adalah pembelajaran
melalui jasa elektronik. Meski beragam definisi namun pada dasarnya disetujui
bahwa e-learning adalah pembelajaran
dengan memanfaatkan teknologi elektronik sebagai sarana penyajian dan
distribusi informasi. Dalam definisi tersebut tercakup siaran radio maupun
televisi pendidikan sebagai salah satu bentuk e-learning.
Meskipun
radio dan televisi pendidikan adalah salah satu bentuk e-learning, pada umumnya disepakati bahwa e-learning mencapai bentuk puncaknya setelah bersinergi dengan
teknologi internet. Internet-based learning atau web-based learning dalam
bentuk paling sederhana adalah website yang dimanfaatkan untuk menyajikan
materi-materi pembelajaran. Cara ini memungkinkan pembelajar mengakses sumber
belajar yang disediakan oleh narasumber atau fasilitator kapanpun dikehendaki.
Bila diperlukan dapat pula disediakan mailing
list khusus untuk situs pembelajaran tersebut yang berfungsi sebagai forum
diskusi. Fasilitas e-learning yang
lengkap disediakan oleh perangkat lunak khusus yang disebut perangkat lunak
pengelola pembelajaran atau LMS (learning
management system). LMS mutakhir berjalan berbasis teknologi internet
sehingga dapat diakses dari manapun selama tersedia akses ke internet.
Fasilitas
yang disediakan meliputi pengelolaan siswa atau peserta didik, pengelolaan
materi pembelajaran, pengelolaan proses pembelajaran termasuk pengelolaan
evaluasi pembelajaran serta pengelolaan komunikasi antara pembelajar dengan
fasilitator-fasilitatornya. Fasilitas ini memungkinkan kegiatan belajar
dikelola tanpa adanya tatap muka langsung di antara pihak-pihak yang terlibat
(administrator, fasilitator, peserta didik atau pembelajar). ‘Kehadiran’
pihak-pihak yang terlibat diwakili oleh e-mail, kanal chatting, atau melalui video
conference.
E-Learning adalah
pembelajaran jarak jauh (distance Learning)yang memanfaatkan teknologi
komputer, jaringan komputer dan/atau Internet. E-Learningmemungkinkan
pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat merekamasing-masing tanpa
harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran/perkuliahan dikelas. E-Learning
sering pula dipahami sebagai suatu bentukpembelajaran berbasis web yang bisa
diakses dari intranet di jaringan lokalatau internet. Sebenarnya materi e-Learning
tidak harusdidistribusikan secara on-line baik melalui jaringan lokal
maupuninternet, distribusi secara off-line menggunakan media CD/DVD
puntermasuk pola e-Learning.
Sementara itu Onno W. Purbo (2002) mensyaratkan tiga hal
yang wajib dipenuhi dalam merancang pembelajaran berbasis e-learning, yaitu:
1. Sederhana, sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didikdalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panelyang disediakan, waktu belajar peserta akan lebih efisien.
2. Personal,pengajar / dosen dapat berinteraksi dengan baik dengan mahasiswanya, seperti layaknya berkomunikasi di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuanya, serta dibantu segala persoalan yangdihadapi.
3. Cepat, layanan yang ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik,sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajaratau pengelola.
1. Sederhana, sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didikdalam memanfaatkan teknologi dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panelyang disediakan, waktu belajar peserta akan lebih efisien.
2. Personal,pengajar / dosen dapat berinteraksi dengan baik dengan mahasiswanya, seperti layaknya berkomunikasi di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuanya, serta dibantu segala persoalan yangdihadapi.
3. Cepat, layanan yang ditunjang dengan kecepatan, respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik,sehingga perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajaratau pengelola.
Teknologi
informasi dan telekomunikasi dengan murah & mudah akan menghilangkan
batasan-batasan ruang dan waktu yang selama ini membatasi dunia pendidikan.
Selain itu, beberapa manfaat yang bisa dinikmati dari proses
pembelajaran dengan e-learning, yaitu fleksibel, independent learning, hemat biaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar